Sabtu, 27 April 2013

MAKNA SEBUAH TITIPAN


W.S. Rendra
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya :
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak Mobil,
Lebih banyak popularitas,
Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua”derita” adalah hukum bagiku
Seolah keadilan Dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauhdariku,
Dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, Dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap Hari kuucapkan, hidup Dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit Dan bumi bersatu, bencana Dan keberuntungan sama saja”..

Minggu, 31 Maret 2013

The April’s Fool Day

April Mop atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi sebuah negara yang makmur. Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya. Selama itu pula kaum non muslim yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol. Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yaitu dengan melemahkan iman mereka melalui pemikiran dan budaya lebral.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan non muslim. Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara non muslim mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah mereka. Dengan lantang tentara non muslim itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. Orang orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal- kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol. Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan non muslim, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara non muslim menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya. Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara non muslim juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Ribuan umat Islam itu tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedangkan para tentara non muslim telah mengepung mereka dengan pedang terhunus. Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara non muslim segera menyerbu umat Islam Spanyol. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu di bunuh dengan kejam.darah menggenang dimana -mana, hingga lautan yang biru berubah menjadi merah kehitam - hitaman.
Tragedi itu bertepatan dengan tanggal 1 April.Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia barat sebagai April Mop (The April’s Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Sebab itulah, April Mop dirayakan dengan melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.
Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Sebab itu, sangat tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut ikutan merayakan tradisi ini.Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan ribuan saudara saudaranya di Granada, Spanyol 5 abad silam yang lalu.
.

Senin, 25 Maret 2013

RENUNGKANLAH KAWAN


"HIDUP",,,apa artai KEHIDUPAN bagi mu kawan??????
ketika sahabat bertanya pada Rasulullah tentng arti hidup maka beliau mnjawab:
"Apakah kaitanku dgn hidup ni??
perumpamaan ku dgn hdup ni adalah sepertI seorang penunggang kuda yg berhnti untuk istirahat d'bawah pohon kemudian pergi lg mlanjutkan perjalananya"

begitu kecil makna hidup menurut Rasulullah namun kita umat'a bhkan mnganggap hidup ini segalanya shingga kita rela mngorbnkan apa saja untuk hidup ini,,,,,,
ibadah yg kita lakukan hanya sebagai pelengkap kehidupan padahal hidup inilah ibadah sesungguh'a sehingga apa2 yg kta lakukan dlm khidupan adlah bntuk ibadah serta pngbdian kita pda Allah SWT,,,
meski mlelahkan merasahkan dan bhkan sering mnjatuhkan kita tetep saja terlena d'dlamnya sehingga kita melupkan tujuan utama hidup d'dunia ini,,,COBA PIKIRKANLAH OLEHMU KAWAN UNTUK APA DAN APA TUJUN ALLAH MNCIPTAKANMU D'DUNIA??????

wahai saudaraku kaum muslimn,,bukan'a kita tdk boleh mncari k'kayan d'perbolehkan olehmu mngumpulkan kekayaan Tapi dari sumber yg halal dan membalanjakan'a d'jalan yg halal pula tanpa berlbihan,,justru ini merupakan tindakan ibadah yg mndekatkan s'orang muslim dgn Allah,,,coba perhtikan pesan yahya bin mu'adz berikut ini "bagaiman aku tidak mncintai hidup ini d'mana aku bisa mndapatkan bekal,,mndapatkan kbutuhan ku untuk beribadah kpada Allah agar aku mndapatkan surga'a"

sahabat,,,ketahuilah bahwa panah kematian sudah d'bidikan kpada kita,,ketika kita berusaha menegakan simpul2 harapan di depan kita maka berhati -hatilah dengan godaandan dan ujian hidup yg slalu mengelilingi kita karena sesungguh'a hidup ini kan segera sirna waktu'a pasti berakhir dan talinya akan d'tarik mnjadi smakin pendek...

Selasa, 19 Maret 2013

No Second Chance


"If not now when, if not we who else ..." kalimat yang pernah dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan pada satu kesempatan pidatonya saat ia menduduki jabatan paling bergengsi di Amerika itu, jabatan yang juga bergengsi di setiap negara tentunya. Kurang lebih, kalimat tersebut bermakna bahwa segala sesuatunya harus dikerjakan sekarang, saat ini juga karena belum tentu ada kesempatan kedua untuk melakukannya, dan kitalah juga yang harus melakukan hal tersebut, jangan berharap kepada orang lain.

Tentu saja, jauh sebelum si Cowboy AS itu mengucapkan kalimat yang sebenarnya tidak terlalu terkenal itu, Muhammad Saw, manusia mulia yang menempati urutan nomor wahid dalam deretan 100 tokoh paling berpengaruh di dunia yang ditulis Michael H Hartz, mengucapkan kalimat yang jauh lebih populer, "Gunakanlah waktu lapangmu sebelum datang sempitmu ...". Juga ada satu ungkapan hikmah yang terkenal, "Bekerjalah kamu seolah kamu akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah seolah kamu akan mati besok". Ada garis persamaan yang bisa ditarik, meski ketiga kalimat diatas sebenarnya tidak terlalu berhubungan, tapi ketiganya sangat berhubungan dengan bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Sesuai dengan sifatnya, waktu yang akan selalu bergerak maju, -karena tak pernah ada waktu yang bisa diulang seperti dalam film Quantum Leap yang dibintangi oleh Cliff Baker- maka tak mengherankan jika Allah melabeli "orang merugi" bagi mereka yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan tepat. Karena sifatnya yang tidak bisa diulang itulah, maka kita seharusnya mengambil setiap kesempatan sesempit apapun yang datang, agar setiap waktu yang terlewati itu terisi dengan hal-hal bermakna dalam hidup kita. Dalam surat yang sama (al Ashr) diperingatkan pula tentang sifat waktu yang lain, betapa waktu yang berjalan itu juga begitu singkat menghampiri kita. Manusia yang lalai, malas dan tidak menghargai waktu, tentu masuk dalam kategori "merugi" tadi.

Pada kenyataannya, jika kita mau sejenak saja menengok ke belakang, maka akan kita sadari -lebih ekstrimnya kita sesali- karena begitu banyaknya waktu yang terlewati dengan sia-sia, sungguh tak terhitungnya kesempatan berlalu yang hampa makna seolah waktu yang diberikan Allah begitu tak berarti, bahkan seringkali tak bernilai sama sekali. Tentu saja, setelah menyadari -atau menyesali- kenyataan waktu yang sudah terlewati itu, dua bibir ini secara refleks membentuk huruf "O" seraya mengeluarkan kata "Ooh". Mungkin ada yang lebih parah lagi, ini sangat tergantung pada seberapa menyesalnya kita atas berbagai kesempatan yang tersia-siakan itu, maka jari telunjuk pun segera nangkring diantara gigi atas dan bawah kita.

Sepantasnya kita menangis tatkala menyesali semua itu, namun apa manfaatnya? biarlah yang berlalu itu dijadikan pelajaran yang berharga bagi kita untuk tidak tersudutkan pada predikat 'bodoh', karena konon, orang bodoh adalah orang yang mengulangi kesalahan yang sama, dia bodoh karena tidak belajar dari kesalahan pertamanya, hanya itu. Toh, saat ini kita masih punya waktu, entah sampai kapan Dia memberikan waktu ini, who knows? Tapi yang jelas, dengan berbekal satu tekad, "Hari ini harus lebih baik dari kemarin" maka melangkahlah kita untuk memulai hari-hari, menggunakan waktu dan kesempatan yang tersedia didepan kita sebaik mungkin, seefektif mungkin, seefisien mungkin agar kelak ada yang bisa kita ceritakan dengan bangga -tanpa bertepuk dada- kepada anak cucu kita. Wallahu a'lam bishshowaab.

Selasa, 05 Maret 2013

Walk The Talk


Sukses itu sudah ada resepnya, tinggal bagaimana kita berani memulai untuk mencoba resep tersebut. Seperti saat membuat agar-agar, maka dengan berlatih dan terus mencoba akan memperlezat agar-agar yang kita buat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan".
Menyimak ayat al-Quran di atas, sebenarnya kita sudah di-"guide" oleh Yang Maha Kuasa untuk selalu menjadi orang yang sesuai antara perkataan dan perbuatan. Tidak satunya kata dan amal akan mendatangkan murka dari Allah SWT. Jadi sebenarnya kita dituntut untuk selalu memperhatikan apakah sudah sesuai antara perkataan dengan amal perbuatan kita.
Bicara itu mudah, tetapi melakukan itu lebih sulit. Dan kebanyakan orang hanya pandai bicara, padahal salah satu kunci sukses adalah dengan melakukan apa yang dikatakan (diimpikan). Menurut Ken Melrose dalam bukunya Making the Grass Greener on Your Side mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah cukup hanya dengan membaca buku dan menghadiri seminar terkini tanpa mengamalkannya. Namun seorang pemimpin harus jujur pada dirinya, membumi dan "melakukan apa yang dikatakan" (Walk the Talk) setiap hari.
Artinya, kita tidak akan pernah beranjak dari posisi kita saat ini jika kita tidak memahami dan mengamalkan keinginan kita dalam hidup ini. Bercita-cita tinggi namun hanya sebatas mimpi dan angan-angan. Berbicara melangit tapi tak pernah berusaha membumi.
Jadi kuncinya adalah bagaimana mengaktualisasikan mimpi kita menjadi karya nyata sehingga dapat menjadi contoh bagi orang lain dan memiliki daya gugah yang sangat besar.
Jadi jika kita saat ini kita masih jauh dari kesuksesan yang kita idamkan, maka sudah saatnya kita mulai melakukan sesuatu. Segeralah berbuat, do a little thing but do it right here, right now, Not tomorrow but today. Karena sesungguhnya kesuksesan adalah hasil dari rangkaian sukses-sukses kecil.
Masih ingat ketika waktu masih kecil kita sering ditanya, "Kalau sudah besar mau jadi apa?" lalu dengan lantangnya kita menjawab, "Saya ingin jadi dokter". Sebuah mimpi anak kecil yang kemudian ditindak lanjuti dengan bersekolah demi tujuan yang dituju. Mulai dari SD, SMP, SMA, kuliah di fakultas kedokteran sampai akhirnya lulus sebagai sarjana kedokteran. Sebuah formula kesuksesan sebenarnya sudah sama-sama kita ketahui dan pahami.
Kebanyakan orang merasa cukup hanya dengan bermimpi maka dia bisa mencapai cita-citanya. Saya sering mendengar ada orang yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses, tapi hingga sekarang dia tidak pernah memulai berbisnis dan mendirikan perusahaan. Atau ada juga yang ingin menjadi penulis terkenal, tapi menulis saja masih ragu-ragu. Mereka akhirnya hanya menjadi pemimpi dan hanya mengangankan impiannya itu jadi kenyataan.
Sebenarnya untuk memulai sesuatu itu sangatlah mudah, yang terpenting kita mempunyai tujuan yang jelas membuat perencanaan dan mulai membuat "environment" yang mendukung tercapainya cita-cita kita. Seperti contoh di atas, cita-cita menjadi dokter maka sudah seyogyanya memilih fakultas kedokteran sebagai tempat menuntut ilmu. Bergaul dengan sesama mahasiswa kedokteran yang memiliki minat yang sama. Karena dengan demikian, si calon dokter akan mendapatkan tempat untuk mengasah pengetahuan dan belajar mengaplikasikan ilmunya di lingkungan yang tepat.
Jadi sebenarnya tidak ada yang sulit selama kita mau mengubah kerangka berfikir kita. Mulailah dengan mengubah pola pikir, lalu lakukan, perbaiki, lakukan lagi. Sebab kita tidak pernah tahu apakah langkah yang kita ambil salah atau benar jika belum melakukan.
Saya jadi ingat pengalaman waktu mencoba membuat agar-agar. Subhanallah, bayangkan untuk dapat membuat agar-agar seserdahana itu saja dibutuhkan pengalaman yang tidak sedikit. Beberapa langkah harus dipersiapkan, dari mulai pemilihan bahan, membuat campuran adonan hingga menentukan lamanya pengadukan adonan. Learn through experience. Anda tidak akan pernah tahu rasanya enak atau tidak jika tidak pernah mencoba membuatnya. Sukses itu sudah ada resepnya, tinggal bagaimana kita berani memulai untuk mencoba resep tersebut. Seperti saat membuat agar-agar, maka dengan berlatih dan terus mencoba akan memperlezat agar-agar yang kita buat.
Sudah saatnya kita memulai dengan mencontoh Rasulullah SAW dengan menjadikan Al-Quran berjalan bersama dengan dirinya, menebar semerbak kebaikan, menjadi tauladan bagi kemanusiaan. Sehingga ketika seorang sahabat bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah, maka ia menjawab, "Akhlak Rasulullah tidak lain adalah Al-Quran!" Dengan kata lain, Rasulullah adalah The Walking and The Living Qur'an, contoh nyata aktualisasi Al-Qur'an!
Jika sudah begitu maka tidak lagi ada istilah sholat tapi korupsi jalan terus. Mengaji tapi maksiat tahan sampai pagi. Dan umat Islam tidak lagi hanya menjadi pengekor umat lain karena kesuksesan akan menjelang. Oleh karena itu kita harus mulai walk the Talk ilmu yang kita miliki dan pahami dan meniru Rasulullah sebagai uswah tauladan bagi kita. So, anda berani memulai?

Secepat Angin

Duh, memang manusia seolah tak pernah bisa bersyukur atas apa yang ia miliki dan apa yang sedang ia alami. Yang kaya akan merasa masih miskin, yang miskin tak pernah merasa kaya. Yang senang selalu berkeluh seolah menunggu susah, yang menderita tak pernah membuka mata.
Duh, waktu seperti berjalan lambat-lambat kala hal yang tak diinginkan sedang bersama, dan ia seolah berlari secepat angin bila senang hati mengalami hari.
Mari berbicara mengenai rasa syukur. Hari ini, saya menyadari bahwa tak pernah ada sesuatu yang benar-benar bisa memuaskan hati seorang manusia. Entah karena memang hal yang diperolehnya tak sempurna, entah karena memang serakah adalah sifatnya. Tak memiliki harta, ia tak puas. Setelah diberi, tak pernah tercukupi. Dan hari ini saya menyadari, saya pernah dan mungkin masih menjadi bagian dari golongan serakah itu, hingga kini.
Mari lihat seberapa besar seorang manusia bisa mensyukuri. Kala ia senang, berteriak, melonjak, berseru gembira, berhura-hura, lalai, lupa, semua seakan tak ada habisnya. Namun bila hadirlah duka, maka tak lupa ia mengumpat, memaki, mencaci, menyesali, meratapi, seolah ia lah manusia yang paling menderita dan nyaris mati.
Pernahkah kita semua, sekejap saja, sekedar mengucapkan syukur untuk keberkahan yang telah hadir hari ini? Apabila kita lupa untuk melakukannya kemarin, andaikan kita takut untuk menjadi manusia yang lupa diri. Lakukanlah hari ini, saat ini, sekarang juga. Sebab kita tak pernah tahu, kapankah terbersit keserakahan itu lagi. Kapankah syetan akan menyelip di sela hati, hingga mengikis habis amal yang telah dengan lelah dilakukan selama ini.
Beberapa hari lalu, tak sabar rasanya ingin menikmati komputer di tempat kerja idaman hati ini.
Kedua belah tangan serasa gatal tak henti,
dan otak ini menyuruh-nyuruh saya untuk segera mengetik setiap ide yang terlintas di kepala. Takut ia lekas pergi.
Kini, benda itu sudah di hadapan, namun mengapa otak terasa kosong, sepi, senyap, empty, tak ada inspirasi.
Maka, keluarkan selalu rasa syukur dari hati. Bahwa setiap jengkal kenikmatan yang telah kita peroleh, ataupun ia yang masih mengawang sebagai mimpi, kelak akan sampai juga bila Ia menghendaki. Maka tetaplah menjadi seseorang yang selalu mensyukuri, sebab kita tak pernah tahu sampai kapan kenikmatan itu akan dilalui. Bisa jadi ia cepat pergi, seperti angin yang berhembus dan berhenti tanpa permisi.


Selasa, 01 Januari 2013

apa salahnya menangis


Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran.
Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.
Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis). Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6). Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka.
Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini.
Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.
Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83). Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.
Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisa’: 145)
Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82).
Jadi apa salahnya menangis?.