Selasa, 19 Maret 2013

No Second Chance


"If not now when, if not we who else ..." kalimat yang pernah dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan pada satu kesempatan pidatonya saat ia menduduki jabatan paling bergengsi di Amerika itu, jabatan yang juga bergengsi di setiap negara tentunya. Kurang lebih, kalimat tersebut bermakna bahwa segala sesuatunya harus dikerjakan sekarang, saat ini juga karena belum tentu ada kesempatan kedua untuk melakukannya, dan kitalah juga yang harus melakukan hal tersebut, jangan berharap kepada orang lain.

Tentu saja, jauh sebelum si Cowboy AS itu mengucapkan kalimat yang sebenarnya tidak terlalu terkenal itu, Muhammad Saw, manusia mulia yang menempati urutan nomor wahid dalam deretan 100 tokoh paling berpengaruh di dunia yang ditulis Michael H Hartz, mengucapkan kalimat yang jauh lebih populer, "Gunakanlah waktu lapangmu sebelum datang sempitmu ...". Juga ada satu ungkapan hikmah yang terkenal, "Bekerjalah kamu seolah kamu akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah seolah kamu akan mati besok". Ada garis persamaan yang bisa ditarik, meski ketiga kalimat diatas sebenarnya tidak terlalu berhubungan, tapi ketiganya sangat berhubungan dengan bagaimana kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Sesuai dengan sifatnya, waktu yang akan selalu bergerak maju, -karena tak pernah ada waktu yang bisa diulang seperti dalam film Quantum Leap yang dibintangi oleh Cliff Baker- maka tak mengherankan jika Allah melabeli "orang merugi" bagi mereka yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan tepat. Karena sifatnya yang tidak bisa diulang itulah, maka kita seharusnya mengambil setiap kesempatan sesempit apapun yang datang, agar setiap waktu yang terlewati itu terisi dengan hal-hal bermakna dalam hidup kita. Dalam surat yang sama (al Ashr) diperingatkan pula tentang sifat waktu yang lain, betapa waktu yang berjalan itu juga begitu singkat menghampiri kita. Manusia yang lalai, malas dan tidak menghargai waktu, tentu masuk dalam kategori "merugi" tadi.

Pada kenyataannya, jika kita mau sejenak saja menengok ke belakang, maka akan kita sadari -lebih ekstrimnya kita sesali- karena begitu banyaknya waktu yang terlewati dengan sia-sia, sungguh tak terhitungnya kesempatan berlalu yang hampa makna seolah waktu yang diberikan Allah begitu tak berarti, bahkan seringkali tak bernilai sama sekali. Tentu saja, setelah menyadari -atau menyesali- kenyataan waktu yang sudah terlewati itu, dua bibir ini secara refleks membentuk huruf "O" seraya mengeluarkan kata "Ooh". Mungkin ada yang lebih parah lagi, ini sangat tergantung pada seberapa menyesalnya kita atas berbagai kesempatan yang tersia-siakan itu, maka jari telunjuk pun segera nangkring diantara gigi atas dan bawah kita.

Sepantasnya kita menangis tatkala menyesali semua itu, namun apa manfaatnya? biarlah yang berlalu itu dijadikan pelajaran yang berharga bagi kita untuk tidak tersudutkan pada predikat 'bodoh', karena konon, orang bodoh adalah orang yang mengulangi kesalahan yang sama, dia bodoh karena tidak belajar dari kesalahan pertamanya, hanya itu. Toh, saat ini kita masih punya waktu, entah sampai kapan Dia memberikan waktu ini, who knows? Tapi yang jelas, dengan berbekal satu tekad, "Hari ini harus lebih baik dari kemarin" maka melangkahlah kita untuk memulai hari-hari, menggunakan waktu dan kesempatan yang tersedia didepan kita sebaik mungkin, seefektif mungkin, seefisien mungkin agar kelak ada yang bisa kita ceritakan dengan bangga -tanpa bertepuk dada- kepada anak cucu kita. Wallahu a'lam bishshowaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar